Minggu, 27 Mei 2012

Meraup 99 Cahaya di Langit Eropa

Menapak jejak sejarah Islam melalui buku ini, aku merasa diajak ikut menyingkap satu demi satu berkas 99 cahaya di langit Eropa. Rumitnya rantai sejarah terpapar dengan begitu indah di buku ini, mengupas rahasia kejayaan Islam di masa lalu. Sangat menginspirasi. Wanna see them with my own eyes. Europe: my next destination, then ;) Insya Allah. 
Bersama 99 Cahaya di Langit Eropa.
Melalui buku ini aku belajar lagi beberapa fakta sejarah Islam di Eropa. Aku sempat belajar tentang sejarah (Seni Rupa dan peradaban) Islam ketika masih kuliah, yang disampaikan dengan cara begitu-begitu saja. Berbekal diktat hasil fotokopi yang gambar-gambarnya hitam buram agak tak jelas, mata kuliah itu tak pernah jadi favoritku. Tapi di buku ini, Hanum Rais bisa banget mengemas beberapa catatan sejarah peradaban Islam dan memaparkannya dengan manis. Jika ditambahkan beberapa gambar lagi dalam bukunya, kurasa buku ini bisa jadi referensi pendamping untuk mata kuliah sejarah seni rupa atau sejarah peradaban Islam :) 
Dalam buku ini, Hanum juga memaparkan beberapa fakta sejarah berupa adanya tautan antara Islam dengan Eropa di masa lalu yang disampaikan dengan gaya bertutur berupa fiksi dalam novel perjalanan ini. Dalam perjalanannya menjelajahi beberapa kota di Eropa, antara lain: Wina, Paris, Cordoba, Granada, dan Istanbul, Hanum seringkali mendapat teman pendamping perjalanan yang bergantian. Dari pendamping perjalanannya, Hanum mendapatkan berbagai fakta luar biasa yang kemudian dituturkannya dalam buku ini. Pernik-pernik fakta menarik ini, yang tidak diketahui banyak orang, menjadikan buku ini memiliki nilai tambah. Membuatku terperangah karena bukti-bukti menunjukkan bahwa sungguh, Islam pernah berjaya di Eropa sana.
Gaya bertutur Hanum dalam novel ini mengalir dengan lancar. Banyak pesan disampaikan dengan cara yang cantik. Tentang peradaban Islam yang (pernah) memukau, tentang keagungan tokoh-tokoh muslim masa lalu, juga ungkapan hati dan isi kepala sosok-sosok muslim/muslimah masa kini yang berhasil berdakwah dengan cara yang santun, menjadi agen muslim yang baik di Eropa sana. Masih sangat aplikatif untuk diterapkan di masa kini. 
Melalui tokoh Fatma, Hanum menyampaikan pesan dakwah yang cantik, untuk membalas perlakukan buruk non muslim dengan kebaikan (Hanum juga mengungkap fakta kecil tentang croissant). Fatma pun berhasil menjadi lulusan terbaik dalam kursus bahasa Jerman yang mereka ikuti, padahal dia 'hanyalah' muslimah biasa, seorang imigran dari Turki yang dengan caranya sendiri, sukses menjadi agen Islam yang baik.  
Melalui tokoh Marion yang menjadi pendamping Hanum selama di Paris dan mengunjungi Museum Louvre dan Arc de Triomphe, aku merasa ikut 'terseret' masuk untuk menelusuri "rahasia-rahasia" keagungan Islam di masa lalu yang mungkin tak banyak kita ketahui. Cantiknya La Grande Mosquée du Paris -masjid akbar Paris- pun rasanya seperti terbentang di depan mata melalui penuturan Hanum dalam buku ini. 
Melalui Der Wiener Deewan, sebuah restoran berkonsep "All you can eat, pay as you wish" di Wina, makna ikhlas dan syukur pun dipaparkan. Sungguh, jika kamu bersyukur maka Allah akan menambah nikmat itu.
Masih banyak lagi kepingan perjalanan Hanum yang membuatku tersadar, betapa Islam begitu mulia dan agung. Ajaran Islam adalah konsep yang paripurna, umatnya-lah yang membuat imej Islam menjadi buruk. Ketulusan Hanum untuk berbagi catatan pengalamannya melalui buku ini berhasil menginspirasi, menumbuhkan kembali rasa bangga sebagai seorang Muslim dan betapa indahnya agama Islam di saat banyak persepsi  negatif bermunculan.
Mencontoh Fatma, aku ingin menjadi agen Islam yang baik. Bismillah, semoga Allah memberi kemudahan. Selain itu, mencontoh penulis buku ini, Hanum, aku juga ingin menjelajah Eropa dan melihat sendiri berbagai peninggalan kejayaan Islam di masa lalu, mencocokkan data sejarah yang kudapat saat kuliah untuk kujadikan referensi agar bisa jadi agen Islam yang (lebih) baik. Insya Allah.