Senin, 29 Maret 2010

The 99

Kisah tentang komik Islami “The 99”, sudah kudengar sejak beberapa waktu yang lalu. Berkisah tentang superhero yang tokohnya berasal dari berbagai penjuru dunia. Kedengarannya seru. Penasaran dong... pingin tahu seperti apa ceritanya. Dalam beberapa kali kesempatan ke rumah kakak di Depok, kusempatkan membaca beberapa edisi yang sudah terbit, termasuk hari Ahad yang lalu. Saat ini sudah memasuki edisi ke-22, plus beberapa edisi khusus. Kebetulan ponakanku punya seluruh serinya. Menarik! Memang tidak semua tokoh wanitanya berbusana muslim, tapi ceritanya membumi, walaupun tetap ada konflik dan teori konspirasi.
Dalam setiap cerita, tentu saja akan selalu ada tokoh protagonis dan antagonis. Hal inilah yang membuat cerita jadi asyik. Tokoh-tokoh di dalamnya banyak memakai nama Islami, bahkan mungkin menyarikan dari asma ul husna, seperti tokoh superhero pertama yang muncul di seri komik ini, “Noora”, dari cahaya. Ada juga Jabbar, sang Perkasa; Mumita, sang Penghancur; Widad, sang Cinta; Musawwira, sang Pengatur; Bari, sang Penyembuh; Hadya, sang Penunjuk; Jami, sang Penyusun; termasuk satu tokoh yang berasal dari Indonesia, Fatah, sang Pembuka. Dia dideskripsikan sebagai seorang beretnis Padang memiliki kemampuan membuka gerbang teleportasi ke bagian manapun di bumi. Wow... Idenya menarik, penggambarannya cantik, jalan ceritanya juga asyik. Ada konflik seru yang dinanti-nanti jalan keluar penyelesaiannya. Aku juga jadi ingin segera baca edisi berikutnya. :) Beberapa preview ceritanya bisa dilihat di the99.org.

Sabtu, 27 Maret 2010

Kutipan Super

Kesabaran terhadap fitnah adalah sesungguhnya kesediaan untuk menunda pembalasan,

untuk mencapai kekuatan besar yang bisa menghukum mereka dengan sekeras-kerasnya,

atau

untuk melanjutkan kehidupan dengan kelas yang jauh lebih baik daripada kelas mereka yang berhati dengki dan bermulut keji.

Fitnah dan hasutan adalah pengindah kehidupan dunia dan akhirat bagi jiwa yang memilih kesabaran.

Bersabarlah

Mario Teguh

Rabu, 10 Maret 2010

Kutipan Super

Sahabat saya yang sedang menantikan jawaban
bagi doa-doa yang telah lama dinaikkannya ke langit,

Anda tidak mungkin bisa memberi,
tanpa menjadi lebih pantas untuk menerima.

Maka, semakin besar yang ingin Anda terima,
harus semakin banyak yang Anda berikan.

Temukanlah kebaikan yang bisa Anda lebihkan
untuk orang lain, agar Tuhan melebihkan yang Anda butuhkan.

Menerima adalah akibat dari memberi.

Mario Teguh

Selasa, 09 Maret 2010

Pusat Bahasa

Beberapa waktu yang lalu, aku mencari data tertentu mengenai informasi kebahasaan, dan pencarian itu membawaku pada situs resmi Balai Bahasa Bandung, kemudian membawaku lebih jauh ke Pusat Bahasa Depdiknas. Salah satu informasi yang kurasa cukup menarik adalah mengenai penggunaan kata-kata jadian (bukan kata jadi-jadian) yang dibahas di bawah ini, kukutipkan dari sumber aslinya, yang bisa diakses di halaman ini.
Dalam bahasa Indonesia, imbuhan –wan berasal dari bahasa Sanskerta. Penggunaan akhiran itu digunakan bersama kata benda, seperti bangsawan ‘orang yang memiliki bangsa’, hartawan ‘orang yang memiliki harta’, dan rupawan ‘orang yang memiliki rupa yang elok’.
Dalam perkembangannya, arti –wan meluas. Hal itu ditemukan pada kata ilmuwan ‘orang yang ahli dalam bidang ilmu tertentu’, negarawan ‘orang yang ahli dalam bidang ilmu negara’, dan fisikawan ‘orang yang ahli dalam bidang fisika’. Jadi, -wan dalam contoh itu berarti orang yang ahli dalam bidang yang disebutkan pada kata dasarnya.
Pada kata seperti olahragawan, peragawan, dan usahawan, imbuhan –wan berarti ‘orang yang berprofesi dalam bidang yang disebutkan pada kata dasarnya’. Jadi, olahragawan berarti ‘orang yang berprofesi dalam bidang olahraga’, peragawan ‘orang yang berprofesi dalam bidang peragaan’, dan usahawan ‘orang yang berprofesi dalam bidang usaha (tertentu).
Berdasarkan contoh tersebut, imbuhan –wan tidak pernah melekat pada kata kerja, seperti pada kata rela. Oleh karena itu, kata yang benar adalah sukarelawan yang berarti ‘orang yang dengan sukacita melakukan sesuatu tanpa rasa terpaksa’.

Rabu, 03 Maret 2010

Kutipan Super

Wahai hati yang lelah,

Palingkanlah hatimu dari kekhawatiran yang sia-sia,
jauhkanlah telingamu dari gunjingan hasut,
pindahkanlah matamu dari pemandangan yang tidak mulia,
keluarkanlah dirimu dari pekerjaan dan pergaulan yang tidak jujur,
dan bersihkanlah jiwamu dari niat-niat yang tidak adil.

Itulah cara menghadapkan wajahmu kepada Tuhan.

Jiwa yang wajahnya menghadap Tuhan, hatinya didamaikan.

Mario Teguh