Awalnya kubeli buku AKDKL ini dengan pertimbangan bahwa keponakanku yang sulung akan segera masuk masa kuliah. Dia sangat berminat kuliah di Bandung, mengikuti jejak langkah tantenya sebagai mahasiswi Seni Rupa ITB (hehe... padahal ibunya setengah hati mendukung. Takut anaknya jadi setengah gila seperti aku. Kaliii. :p)
Sebelum buku itu kuberikan pada Tasya, ponakanku, tentunya buku itu harus lewat badan sensor lebih dulu, yaitu aku (emang cita-cita sih, jadi anggota badan sensi eh sensor). Tampilan bukunya yang ‘menor’ kali ini, dengan warna merah menyala setelah buku-buku sebelumnya putih saja, bikin semangat ikut membara untuk membacanya. Lubang-lubang di sampul depannya jadi ciri khas buku Anak Kos Dodol. Agak kagok sih sebetulnya, nembus-nembus gitu, tapi untungnya aku beli buku ini di pasar buku murah Palasari, dan dapat bonus dikasih sampul plastik, gratiss (bawaan ogah rugi ala mahasiswa dulu masih kebawa aja sampai sekarang ini), jadi penutup ‘jendela’. Ilustrasi sampul juga cukup ‘mengundang’ nih, dan kupikir akan lebih asyik lagi kalau sesekali, di bagian dalam juga ada ilustrasi kecil pelengkap tulisan.
Pendek kata, aku mulai baca, dan segera juga mulailah aku senyum-senyum sendiri, walaupun nggak sampai terkikik apalagi terkakak. Cerita yang dipapar Dewi Dedew di buku ini, sedikit-banyaknya sudah pernah aku alami juga ketika aku jadi mahasiswa (yang nggak kalah dodol) tempo hari (halah... maunya dibilang tempo hari, padahal tahun kapaan... dulu. hihi.). Jadinya ya nggak ada yang terlalu mengagetkan, gitu, walaupun pengalaman pijitan sih nggak ada sejarahnya sih di tempat kos-ku dulu. Apalagi seperti Tere yang nekat cuma pake baju dalam dan andukan, melintas ke luar kamar untuk ke kamar sebelah. Idih banget. Di Puri Cantika Djokja, ada ya yang kayak gitu?
Satu kejadian dodol yang nggak pernah kubayangkan akan terjadi, adalah ketika dan teman-temannya coba-coba menjajal dunia ajep-ajep. Kapok kan, jadinya? Lagian, aneh bin ajaib aja ada anak kerudungan coba-coba masuk diskotik. Jangan-jangan disangka polisi yang menyamar (emang ada ya, polisi yang pake kerudung? Kalo di Aceh ada kali.)
Tapi sedodol-dodolnya anak kos, ternyata setia kawan juga ya mereka. Terharu-biru ketika Iis meninggal dunia di gunung. Saling menyemangati ketika mereka menjalani masa-masa pendadaran sebelum sidang kelulusan. Saling nungguin ketika sidang akhir masa perkuliahan. Saling nungguin traktiran, tentunya :p. Dan wisudaan jadi moment yang mengharukan, mengingat bahwa masa-masa sebagai anak kos dodol akhirnya harus berhenti. Tapi buat Dedew, setelah lepas jadi anak kos dodol, ‘karirnya’ tetap bisa berlanjut sebagai istri dodol dan emak-emak dodol. Iya kan...? Ayyooo, akui sajja...! :p
Pendek kata, aku mulai baca, dan segera juga mulailah aku senyum-senyum sendiri, walaupun nggak sampai terkikik apalagi terkakak. Cerita yang dipapar Dewi Dedew di buku ini, sedikit-banyaknya sudah pernah aku alami juga ketika aku jadi mahasiswa (yang nggak kalah dodol) tempo hari (halah... maunya dibilang tempo hari, padahal tahun kapaan... dulu. hihi.). Jadinya ya nggak ada yang terlalu mengagetkan, gitu, walaupun pengalaman pijitan sih nggak ada sejarahnya sih di tempat kos-ku dulu. Apalagi seperti Tere yang nekat cuma pake baju dalam dan andukan, melintas ke luar kamar untuk ke kamar sebelah. Idih banget. Di Puri Cantika Djokja, ada ya yang kayak gitu?
Satu kejadian dodol yang nggak pernah kubayangkan akan terjadi, adalah ketika dan teman-temannya coba-coba menjajal dunia ajep-ajep. Kapok kan, jadinya? Lagian, aneh bin ajaib aja ada anak kerudungan coba-coba masuk diskotik. Jangan-jangan disangka polisi yang menyamar (emang ada ya, polisi yang pake kerudung? Kalo di Aceh ada kali.)
Tapi sedodol-dodolnya anak kos, ternyata setia kawan juga ya mereka. Terharu-biru ketika Iis meninggal dunia di gunung. Saling menyemangati ketika mereka menjalani masa-masa pendadaran sebelum sidang kelulusan. Saling nungguin ketika sidang akhir masa perkuliahan. Saling nungguin traktiran, tentunya :p. Dan wisudaan jadi moment yang mengharukan, mengingat bahwa masa-masa sebagai anak kos dodol akhirnya harus berhenti. Tapi buat Dedew, setelah lepas jadi anak kos dodol, ‘karirnya’ tetap bisa berlanjut sebagai istri dodol dan emak-emak dodol. Iya kan...? Ayyooo, akui sajja...! :p
3 komentar:
Mbak Diah, makasih udah main-main ke blog aku yah :)
Aku kok ga tau yah kalo blog aku di review di majalah Chic :) bole tau ga edisi yang kapan ya mbak? hihihi, aku jadi penasaran!
Makasih banyak lho Mbak Diah infonya!!!
Chic terbitan awal April ini, no. 60, yang cover sampulnya Emma Watson.
Mbak Diah,
Makasih banyak infonya!!
Sore ini kayaknya mau langsung hunting majalahnya :D
Posting Komentar