Kami putra dan putri Indonesia,
Mengaku bertumpah darah satu, tanah air Indonesia
Mengaku bertumpah darah satu, tanah air Indonesia
Kami putra dan putri Indonesia,
Mengaku berbangsa satu, bangsa Indonesia
Mengaku berbangsa satu, bangsa Indonesia
Kami putra dan putri Indonesia,
Menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia
Menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia
Tiga tekad sederhana yang diikrarkan para pemuda bangsa di masa silam, menjadi tonggak sejarah lahirnya Sumpah Pemuda. Tiga ikrar luar biasa untuk menyatukan Indonesia Raya, memperkecil perbedaan dan mencari persamaan menuju persatuan. Tiga janji suci, ditekadkan pemuda dan pemudi, para bibit bangsa berbudi pekerti, dengan harapan untuk mencapai Indonesia mandiri suatu hari nanti. Sebuah sumpah yang besar, sama sekali bukan sumpah serapah.
Bercermin pada diri, melihat bangsa 'wajah' Indonesia saat ini. Indonesia telah merdeka, tapi sejatinya masih belum berjaya. Belum bisa mandiri dan berdiri sendiri, belum punya kepercayaan diri yang tinggi. Sumpah pemuda hanya ada di atas kertas atau bahkan di dunia maya, belum tumbuh dalam jiwa dan tutur kata, belum juga mengakar dalam pikiran dan perasaan, ataupun ucapan dan tindakan.
Penggunaan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional saja masih belum merata. Soal merata, bolehlah sedikit 'diabaikan', karena bahasa daerah pun perlu tetap dilestarikan. Tapi para pengguna bahasa Indonesia, terutama para pejabat dan kalangan akademisi, seharusnya memberi contoh nyata pengguaan bahasa yang paripurna. Mari gunakan bahasa Indonesia semestinya.
Selain itu, masih banyak kita saksikan perpecahan di kalangan pemuda hanya karena hal sederhana. Beda selera saat menonton konser bersama, arena hiburan bisa berubah seketika jadi ajang tawuran. Saling mencela jadi biasa, saling menghina jadi budaya. Nista. Salah ucap saat bercanda, pertemanan karib bisa berbalik menjadi perseteruan. Ide mengusung aspirasi bersama, bisa berubah haluan menjadi demo anarkis. Tragis. Tentu bukan ini yang diinginkan para pemuda pendahulu bangsa kita.
Tak ingin menyaksikan hal ini berkelanjutan, rasanya pantas jika kita tekadkan dalam dada, sedikit semangat untuk membuat bangsa ini maju selangkah demi selangkah, untuk memperkecil jarak ketertinggalan dari bangsa lain yang sudah lebih dulu di depan, mengejar ketinggalan yang semakin terlihat oleh seluruh warga dunia.
Tidak usah muluk-muluk atau bermimpi (terlalu) tinggi, cukup tekadkan apa yang bisa kita lakukan saat ini. Mungkin hanya sebuah langkah kecil, tapi jika dilakukan bersama, derapnya akan terdengar ke seluruh dunia. Mungkin hanya sebuah aksi sederhana, tapi jika dilakukan berkelanjutan, dampaknya akan terasa sepanjang masa.
Di tengah kecamuk kemelut bangsa, krisis moral berkelanjutan, tak guna saling cela dan hina. Ketika bencana melanda di berbagai bagian negeri kita, baiknya kita tautkan tangan dan melangkah bersama untuk membantu sesama. Biarkan pemimpin kita jika memang tak bisa kita harapkan. Mari, kita saja yang bergerak maju. Siapa tahu mereka malah jadi malu, lalu ikut turun tangan dan siap membantu. Berpikir positif dan optimis saja deh.
Optimisme itu akan menuntun langkah kita menuju ke arah yang lebih baik. Dan Alam Semesta akan mendukung, membukakan semua pintu menuju arah terbaik itu. Semua energi positif yang kita kerahkan, tak lain dan tak bukan, dilakukan untuk mendukung gerakan serentak penuh manfaat, untuk membuat Indonesia lebih bermartabat. Untuk menuju Indonesia yang lebih baik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar